Pukul 7 pagi saat aku bangun dengan kesadaran penuh, ibuku tiba-tiba datang menghampiriku sambil bilang "dek, si... itu kan temenmu ya? tadi ibu denger siaran di masjid kalo dia meninggal." Aku mematung mendengar kata-kata itu. Meninggal??? dia meninggal??? orang yang beberapa saat lalu berada dekat denganku meninggal??? Sampai saat ini aku masih belum percaya kalo dia telah benar-benar pergi. Tapi pada kenyataannya dia memang telah pergi, pergi tanpa tau terlebih dulu perasaanku untuknya. Mimpi itu, mungkin akan menjadi kisah bahagia untuk diriku sendiri karena aku pernah merasakan berada sangat dekat dengannya. Mimpi yang indah tapi juga menjadi firasat akan adanya perpisahan, karena meskipun dalam mimpi itu kita terlihat dekat, tapi saat terbangun aku menangis. Menangis tanpa tau sebab kenapa...
Labels
- Aneh-aneh (2)
- Belajar nulis (3)
- Catatan Pelajar (6)
- Celotehanku (5)
- Family (2)
- Kisahku (3)
- Pengalaman (2)
- Teman-Teman (3)
Blog List
Jumat, 23 Mei 2014
Cinta Pertama
Hari itu dia masih terlihat sama seperti hari-hari biasanya, terlihat sebagai lelaki paling "ganteng" dimataku. Gak ada yang berubah dari penampilannya, mata sipitnya, kulit putihnya, tinggi tubuhnya dan tentu saja senyum menawan yang selalu membuatku tak pernah bisa berkata-kata saat berada didekatnya.
Tapi ada yang berbeda dengan pertemuanku kali ini dengannya, yang biasanya kita hanya berbalas senyum saat bertemu, kali ini dia mengajakku berbicara. Bibirku tak lagi terkunci saat berbicara dengannya, tubuh ini tak lagi mematung saat berhadapan dengannya. Sebaliknya, kita justru sedang asyik duduk bercengkrama berdua seolah-olah kita adalah sepasang kekasih yang sedang memadu cinta.
Cinta. Kata itu memang selalu sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tapi saat mengenalnya, aku mulai tau apa itu cinta. Aku bisa tiba-tiba merasa bahagia hanya karena membayangkan wajahnya, dan aku bisa tiba-tiba merasa sedih saat tau dia bersama wanita lain. Dia...dialah orangnya...orang pertama yang tanpa dia sadar telah memberiku perasaan yang belum pernah sebelumnya aku rasakan saat mengenal orang lain. Dia juga orang pertama yang membuatku merasakan rasa untuk bisa memiliki seseorang. Dia..dialah orang itu, tanpa dia tau sedikitpun tentang perasaanku untuknya.
Orang itu, orang yang diam-diam aku cintai tiba-tiba berada dekat dihadapanku saat ini. Berada dalam jarak yang begitu dekat, bahkan dengan jarak yang sedekat ini aku bisa merasakan hembusan nafasnya, dan dengan jarak sedekat ini aku bisa dengan mudah memegangnya. Dia terlihat sangat nyata, senyum itu nyata diberikan untukku. Apakah mungkin, saat ini Tuhan telah mengabulkan doa-doaku agar mendekatkan dia untukku? Ataukah mungkin dia diam-diam tau perasaanku sehingga dia mendekatiku?
Orang yang terlihat sangat nyata itu tiba-tiba memudar dalam pandanganku, bahkan lama-lama dia menghilang. Dia menghilang tiba-tiba tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dengan jarak yang sedekat itu, aku hanya bisa melihat wajahnya tanpa pernah mendengar suaranya. Dia...dia yang sebelumnya sangat dekat, kini telah menghilang tanpa pamit terlebih dahulu.
Tiba-tiba air mata ini menetes tanpa aku tau kenapa. Yaaa....aku sedang menangis, menangis tanpa tau sebabnya. Tapi kemudian aku terbangun, aku bangun dengan keadaan dimana mataku sembab oleh air mata. Aku bangun dan kemudian tersadar kalo ternyata itu hanya mimpi. Mimpi itu indah tapi kenapa aku harus terbangun dengan keadaan basah oleh air mata?
Mimpi memang datang begitu saja tanpa kita tau apa yang kita mimpikan saat tidur. Saat terbangun, bahkan seringkali kita melupakan begitu saja mimpi yang datang dalam tidur kita.
Categories
Belajar nulis
Kamis, 22 Mei 2014
Sosok sempurna dalam hidupku
Kurang lebih satu tahun ini aku merasa hidup sebagai orang yang paling tidak berguna. Aku merasa kehidupanku hanya sebagai beban untuk kedua orang tuaku. Semua ini terjadi ketika tiba-tiba satu tahun yang lalu dokter memvonisku sakit jantung. Penyakit yang saat itu terdengar sangat menakutkan, apalagi ketika dokter mengatakan penyakit jantungku ini bisa sembuh hanya dengan jalan operasi. Yang terlintas dipikiranku saat dokter mengatakan jalan satu-satunya untuk sembuh hanya dengan operasi adalah “aku sudah tidak punya harapan untuk hidup lebih lama.” Aku benar-benar depresi dan putus asa.
Saat itu aku baru saja lulus dari sebuah universitas swasta di Yogyakarta. Sebuah kelulusan yang seharusnya menjadi sebuah kabar bahagia dan tentunya menjadi sebuah awal baru untuk melanjutkan mimpi-mimpi yang dulu pernah tertunda. Mimpi itu dengan seketika pudar secara perlahan ketika tubuh ini makin lama semakin melemah. Semenjak vonis sakit itu, daya tahan tubuhku semakin melemah. Aku tidak bisa beraktifitas dengan maksimal, bahkan jika sedikit saja aku merasa kelelahan aku langsung ambruk dan langsung masuk rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang mungkin hanya aku rasakan sementara dengan bantuan oksigen dan uap.
Disaat teman lain berbahagia karena setelah lulus mereka diterima kerja di perusahaan dan menikmati gaji dari hasil kerja kerasnya, aku justru sedang terbaring lemah di rumah sakit. Ketika teman lain memberikan berita bahagia dengan memutuskan menikah setelah lulus kuliah, aku justru sedang berjuang melawan rasa sakitku dengan penyakit yang aku derita. Disaat teman lain menunjukkan kemandirian kepada orang banyak, aku justru hidup tak bisa lepas dari bantuan orang lain. Rasanya aku selalu ingin menyalahkan kehidupan ini. Aku merasa seolah kehidupan ini tak pernah adil untukku. Seringkali kali juga aku justru selalu meminta kepada Tuhan kenapa aku masih diberi kehidupan jika hanya membebani orang banyak.
Disaat aku terus menyalahkan Tuhan yang telah memberi ujian berat dalam hidupku, disisi lain aku melihat sosok tegar yang terus menyemangatiku untuk tidak putus asa tanpa kenal lelah. Ketulusan cintanya tak pernah luntur meskipun aku hanya bisa tergolek lemah ditempat tidur. Sosok itu terus ada mengisi hari-hariku tanpa sedikitpun tergores rasa amarah dan kecewa diwajahnya. Bukankah seharusnya dia marah kepadaku? Seharusnya dia memarahiku karena aku hanya bisa tertidur saat dia membutuhkan bantuan, dan seharusnya dia marah padaku karena dimasa tua yang seharusnya menjadi masa dimana dia melihat anaknya sukses dan bisa membahagiakannya justru saat ini anak itu justru menjadi orang yang semakin membebani hidupnya.
Keputusanku yang lebih memilih untuk tidak melakukan operasi seperti apa yang disarankan dokter, membuat hari-hariku berlalu begitu berat. Orang tuaku terus saja tanpa pantang menyerah mengupayakan pengobatan untukku yang selalu menolak untuk melakukan operasi. Mulai dari pengobatan medis yang terus dilakukan, orang tuaku juga terus mencari informasi pengobatan alternatif dari saran orang-orang. Tapi, begitu bodohnya aku yang justru sering mengeluh, aku mengeluh karena obatnya yang pahit, pantangan makanan yang banyak, atau bahkan cara pengobatan yang sakit. Ya, selama aku sakit aku selalu mengeluh, mengeluarkan kata-kata yang tak seharusnya aku ucapkan disaat orang tuanya selalu menguatkanku. Memperlihatkan rasa putus asa disaat orang tuaku tak henti-hentinya terus menyemangatiku. Saat itu memang aku merasakan sakit luar biasa yang membuat tubuhku lemah tak berdaya. Tapi rasa sakitku ini hanya terasa sepersekian persen dari rasa sakitku ketika melihat kesedihan orangtuaku.
Aku melihat ketulusan, keikhlasan, cinta kasih serta seluruh perasaan yang sulit diterjemahkan dengan kata-kata itu melalui orang tuaku. Terima kasih untuk segalanya, ucapan terima kasih yang pasti tidak akan akan pernah cukup untuk membalas segalanya. Meskipun mereka selalu mengatakan “tidak ada sedikitpun orang tua yang merasa direpotkan oleh anaknya”, tapi aku selalu menjadikan setiap cara mereka memperlakukanku adalah sebuah wujud nilai-nilai kehidupan.
Categories
Belajar nulis
Selasa, 20 Mei 2014
Sebuah cerita tentang keikhlasan
Kisah ini memang tidak secara langsung aku alami, tapi kisah yang akan aku ceritakan ini benar-benar terjadi dari kisah nyata yang dialami oleh tetangga yang tinggal tepat disamping rumahku. Kisah ini mengajarkanku banyak hal tentang keikhlasan, ketulusan, serta pengorbanan seorang ibu kepada anaknya.
Aku lupa kapan tepatnya keluarga ini pindah sebagai warga baru didesaku, yang aku ingat saat ini hanyalah mobil yang bolak-balik mengantar furniture rumah dengan model-model bagus kerumah warga baru itu. Untuk ukuran jaman dimana televisi hitam putih milikku sudah menjadi benda berharga saat itu, aku terkagum-kagum melihat lemari dengan ukiran cantik, televisi ukuran besar, dan juga benda yang belakangan aku tahu bernama “kulkas” (maklum waktu itu didesaku belum ada yang punya kulkas).
Keluarga itu terlihat sangat bahagia dan tampak sempurna. Sang ayah bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan teh dan sang ibu bekerja sebagai supervisor di perusahaan textile yang cukup besar di Jogja ini. Memang kalo dilihat dari jabatan, sang istri memiliki jabatan yang lebih tinggi dari suami dan tentu saja memperoleh penghasilan yang lebih tinggi diatas suaminya. Tapi hal itu tidak menjadikan alasan timbulnya percek-cokan didalam keluarga tersebut.
Aku sebagai tetangga yang tinggal berdekatan dengan mereka jarang sekali melihat mereka berada dirumah, mungkin karena kesibukkan dikantor yang membuat mereka jarang berada dirumah dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Waktu itu anak pertama mereka baru berusia 6tahun ketika pindah kedesaku. Dan dia harus diasuh oleh seorang pembantu rumah tangga, karena kedua orang tuanya sibuk bekerja.
Singkat cerita, setelah beberapa bulan menempati rumah baru didesaku ini, sang ibu akhirnya melahirkan anak kedua. Ketika sang anak berusia 3 tahun, ibu ini masih sibuk bekerja dan anaknya masih diasuh pembantu rumah tangga. Sampai akhirnya ibu ini menyadari kalo ada sesuatu yang ganjil dengan anak keduanya. Diusianya yang hampir 4 tahun, anaknya belum juga bisa berjalan dan berbicara.
Akhirnya, suatu ketika sang ibu ini mengikhlaskan dirinya keluar dari pekerjaannya untuk mengasuh anaknya. Aku tahu kalo keputusan yang diambil itu sangat berat, tapi dengan keyakinan hati dia benar-benar keluar dari perusahaan besar dengan jabatan yang dia sandang.
Sekarang setiap hari, aku bisa melihat ibu itu berada dirumah, mengendong anaknya yang semakin besar dan belum juga bisa berjalan. Bahkan aku sering melihat dia memandikan anaknya, menyuapi dan mengajak bermain. Pemandangan ini terlihat mengharukan buat aku, aku melihat begitu besar cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
Keikhlasan untuk sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga dengan menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk mengurus rumah tangga dituturkan dia dengan sedikitpun tidak merasakan penyesalan. Bahkan dia mengatakan, dengan dia keluar bekerja, sekarang dia lebih dekat dengan suami dan anaknya. Dia semakin tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan suami serta anaknya meskipun dengan kehidupan sederhana tak seperti dulu.
Memang ikhlas itu sulit untuk dijalani, seperti ibu ini yang sepertinya terlihat sulit mengikhlaskan dirinya untuk keluar bekerja dari perusahan besar dan jabatan tinggi yang dia sandang. Dia juga harus ikhlas menerima kenyataan kalo anak keduanya mengalami difable/gangguan mental. Tapi aku yakin akan ada buah manis dari keikhlasan yang dia jalani selama ini.
Tulisan ini diikut sertakan dalam GIVE AWAY TENTANG IKHLAS.
Categories
Belajar nulis
Jumat, 11 April 2014
Sarapan Pagi...Semangat Pagi...
Selamat pagi...Semangat pagi...dan selamat sarapan pagi...
Pagi memang menjadi sebuah awal dari semangat baru buat menjalankan aktivitas selama seharian penuh. Oleh sebab itu, karena pagi adalah peristiwa penting untuk mengawali hari, harus juga diisi dengan aktivitas yang bisa menggugah semangat seseorang. Nah, makanya sarapan pagi itu penting banget buat dijadikan rutinitas wajib yang harus dilakukan di pagi hari sebelum beraktivitas. Dari kecil aku udah dibiasakan rutin buat sarapan pagi. Bangun tidur setelah ibadah sholat subuh, ibuku udah siap-siap bergelut dengan aneka bahan makanan didapur, sedangkan aku sibuk mematutkan diri buat pergi sekolah (bukanya gak mau bantu, tapi aku adalah anak rajin yang takut telat sekolah. hehehe) Karena pagi hari itu waktu yang singkat buat menyiapkan sesuatu, makanya dikeluargaku selalu menyiapkan menu sarapan pagi yang simple dan gak membutuhkan waktu lama buat menyiapkannya.
(sumber gambar: www.infospecial.net)
(sumber gambar: www.madjongke.com)
Cukup dengan menu telur ceplok/mata sapi atau tempe goreng aja sarapan pagi itu udah nikmat banget rasanya. Selain rasanya yang enak, menu ini juga gampang banget bikinnya.(sumber gambar: www.cemprut.cc) Kalo masak nasi sama goreng telur atau tempe masih ribet, ada lagi kok menu pilihan lain sarapan pagi yang lebih simple bikinnya, yaitu susu+roti tawar. udah kayak menu bule kan? meskipun orang Indonesia itu punya kecenderungan "kalo gak makan nasi itu gak kenyang", tapi coba deh, menu ini cukup menggenyangkan kok (apalagi kalo susunya 5gelas + roti tawarnya 10lembar. hehehe) Selain sarapan itu banyak banget manfaatnya yaitu meningkatkan konsentrasi dan memberikan tenaga untuk beraktifitas selama sehari beraktivitas. Moment sarapan pagi juga jadi moment paling indah dipagi hari ketika satu keluarga berkumpul satu meja di meja makan untuk sekedar bercerita sebelum berpisah untuk masing-masing beraktivitas diluar rumah.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam GiveAway Yuk Menulis Part 1"
Selasa, 08 April 2014
Salam kenal buat si "Nyonya Besar"
Hy Nyah...
Apa kabar disana? perkenalkan, saya adalah anak manusia yang baru mengenal blog dan mencoba menulis sekaligus mencari peruntungan melalui kontes menulis di dunia "per-blog-an". Sebagai seorang pendatang baru didunia tulis-menulis tentu saja masih banyak kata yang rancu, kalimat yang kurang pas, ataupun paragraf yang gak nyambung dalam tulisan ini. Jadi, nyonya harap memaklumi :) Ngomomin soal pendatang di dunia blog, dari sekedar blog-walking kesana-kemari, akhirnya saya nemu blog nyonya yang kebetulan lagi ngadain giveaway dan hadiahnya kece-kece (mupeng: muka pengen). Dan dengan perjuangan dan semangat dari diri sendiri yang yakin kalo saya bisa nulis, akhirnya saya bertekad bulat buat ikutan kontes ini (SEMANGAT !!!).
Berhubung mulai detik ini saya pengen mengaktifkan kembali blog saya yang telah lama mati, lewat kunjungan saya ke blog nyonya, banyak banget ilmu yang maaf bakalan saya curi untuk perkembangan blog saya kedepan kearah yang lebih baik (hass...bahasanya mulai lebay). Blog nyonya itu simple tapi ngena banget. Bahasanya ringan, jadi buat anak yang berotak pas-pasan kayak saya, gak perlu berulang-ulang bacanya udah ngerti maksud dari tulisan dari nyonya. selain bahasanya yang mudah dicerna sama otak, tulisan nyonya juga ceritanya seru dan bikin gak bosen baca postingannya satu persatu-satu. Meskipun cerita yang diangkat adalah cerita sehari-hari, tapi saya bisa gak bosen buat ngebaca postingan itu karena banyak pengalaman lucu, mengagumkan dan inspiratif buat saya ikutin.
Dari tulisan Once Upon a Time, saya belajar tentang kehidupan pernikahan yang belum saya alami. Lewat tulisan itu saya jadi tau bahwa ketika seseorang memutuskan untuk berumah tangga maka seseorang itu harus bisa menerima konsekuensi "perubahan" yang harus terjadi dalam hidupnya. Nyonya juga menulis banyak hal tentang pengalaman didunia kerja. Tapi, yang bikin saya kagum adalah ketika saya baca tulisan Nostalgi(l)a Pilgub Jatim dimana nyonya berperan sebagai seorang reporter. Waktu baca postingan itu berasa banget tegangnya, saya masuk dalam cerita sampe ikutan deg-degan dan perasaan gak percaya kalo ternyata ada banyak kisah di balik seorang reporter yang harus mengalami intimidasi dari narasumber.
Jadi sekian dulu surat saya buat nyonya. Terima kasih telah menyuguhkan tulisan indah yang layak buat dibaca. Keep writing nyonya besar ^^tulisan “Postingan ini diikutkan dalam Nyonya Besar Give Away”
Kamis, 19 September 2013
Salam Sukses #1
Entah kenapa malem ini aku pengen banget nulis tentang "dia". Mungkin karena aku gak bisa boongin diri sendiri kalo ak kangen berat sama "dia". Seseorang yg kurang lebih selama 4tahun ngisi hari-hariku. Idiiihh...sok melankolis banget ya aku ngomongin tentang "dia". "Dia yg aku bahas disini bukan seorang gebetan atau cowok aku, tapi dia adalah Fata. Temen, sahabat, dan entah apa lagi predikat buat dia didalam hidupku.
Selalu ada perpisahan disetiap pertemuan..Disitulah aku slalu ngerasa ketidakadilan dalam kehidupan ini. Tapi itulah hidup, ada tawa ada tangis juga ada suka ada duka. Aku udah mengecap bahagia saat bersama dia, dan ketika kita berpisah akupun masih merasakan bahagia itu, meskipun dengan nuansa yang berbeda. Bahagia mesti dalam jarak yang berbeda dengan kenangan manis yang dulu pernah ada.
Jadi, dulu waktu jamannya kuliah, fata ini adalah temen yang dengan sudi menampung aku transit dikostnya. Maklumlah sebagai anak yg gak ngekost, susah banget nyari tebengan tempat. Biasanya aku kekostnya Fata bareng sama Erna juga, kalo udah ngumpul bertiga udah deh, kita bertiga jadi lupa waktu. Ngomong ngalor ngidul tanpa terbatas tema.
Batas limit itu ternyata ada, seperti yg tadi udah aku bilang, perpisahan pasti akan tiba waktunya. Karena kita bertiga berasal dari tempat yg beda, peristiwa wisuda udah jadi momok menakutkan buat kita. Ajang perayaan keberhasilan mendapatkan gelar sarjana tapi juga jadi moment perpisahan. Wisuda tahun lalu udah berhasil memaksa Erna balik ketanah kelahirannya NTT. Dan wisuda tahun ini membuat Fata hengkang dari tanah air ini karena diterima kerja di Thailand.
Awalnya sih aku gak percaya waktu dia ngasih tau mau kerja di Thailand, waktu dia ngasih tau kabar itu dengan entengnya aku jawab "ngapain di Thailand? mau jadi babysitter gajah?" Dan dengan sejuta penjelasan dari dia aku masih tetep gak percaya dia bakalan go international, sampai akhirnya akupun mulai percaya sahabatku ini serius bakalan pergi, dan akhirnya aku juga percaya kalo di Thailand dia gak jadi babysitter gajah atau jadi pawang gajah. Dia pergi dengan tujuan mulia yaitu jadi guru.
Dan inilah kehidupan, semua pasti akan ada yang berubah. Hanya kita sendiri yang harus siap dengan perubahan itu.
Tulisan ini special buat Ntut (Fata) juga Ucil (Erna)...Bahagiaku karena telah mengenal kalian. Mimpi itu pernah ada, mimpi untuk selalu bersama. Tapi inilah jalan yang harus kita lewati. Meskipun pada akhirnya jalan yang kita ambil berbeda-beda, tapi ingatlah, bahwa pernah ada jalanan yang kita lewati bersama. Jalan yang membuat kita berada pada titik ini. Titik dimana ada seulas senyum mengembang ketika kita mengingat jalan yang pernah kita lewati bersama itu, jalan yang membuat kita merasa kuat karena merasa ada orang-orang hebat dimasa lalu kita.
Categories
Teman-Teman
Rabu, 17 Juli 2013
....Selamat Tinggal....
Selama ini aku sudah sering
dikejutkan oleh kabar duka yang datang tiba-tiba. Ya, kabar duka memang
selalu datang dengan tiba-tiba krn tak ada seorangpun didunia ini yg tau
batas usia seseorang. Tepatnya kemaren tanggal 16juli2013,
lagi-lagi aku mendapat berita duka yg dengan seketika membuyarkan alam
sadarku. Bukan tentang masalah berita kematian tp aku terdiam akan
sebuah nama yg aku terima itu. Nama yang kemudian memutar kembali
ingatanku akan semuanya tentang dia.
Ketidakpercayaan
akan berita itu muncul begitu kuat. Kenapa bisa begini? kenapa bisa
begitu? trs saja menjadi pertanyaan yg berputar tanpa tau jawabannya.
Ketidakpercayaan itu mungkin berubah menjadi kewajaran ketika seorang yg meninggal itu sudah berumur atau karena penyakit
yg diderita. Sering kita dengar orang mewajarkan orang meninggal dengan
kata-kata "yah maklum,,,memang sudah tua" atau "yah maklum,,,sakitnya
memang sudah parah". Tapi bagaimana jika orang itu masih muda dan sehat.
Maka orang-orang akan menggangap kematian sebagai hal yang sulit untuk
dipercaya.
Aku inget waktu dulu baru masuk SMA, temen SMPku Reni meninggal
dunia saat usianya blm genap 17tahun. Saat itu tentu saja aku gak
percaya kalo orang yg pernah aku kenal itu meninggal dunia secepat itu.
Tapi kemudian aku dan orang-orang mulai menerima berita itu krn memang
Reni meninggal krn sakit leukimia sejak SMP. Dia sudah sering
keluar masuk rumah sakit dan mungkin sudah sangat menderita dengan
penyakitnya itu. Kemudian waktu SMA juga aku kehilangan temen semasa SD
dulu, Ari. Dia meninggal karena kecelakaan kendaraan
bermotor. Lalu, waktu aku kuliah berita duka datang lagi dari temen
sewaktu SMA namanya Eko. Dia meninggal krn ditusuk orang. Ya, alasan itu emang cukup membuat orang-orang tidak percaya kenapa hal itu bisa terjadi.
Dan
kemaren tanggal 16Juli2013, berita duka datang dari temen sewaktu SD,
SMP, SMA ku. Tentu saja kebersamaan dlm waktu yg tdk sebentar itu
membuatku cukup menggenalnya. Dia adalah Dini Arif Setyabudi.
Yang meninggal krn dikeroyok sekumpulan orang yg sudah kehilangan logika
dan bahkan hati nurani mereka. Semenjak kemaren dan bahkan saat ini aku
menuliskan tentang dia, pikiranku masih lumpuh akan sebuah kenyataan
berita kematian itu.
Yang saat ini ingin aku tuliskan tentang dia hanyalah kutipan singkat dari novel tulisan Tere Liye dibukunya yg berjudul"sepotong Hati yang Baru", dalam tulisan ini sang penulis menuliskan sebuah kata "....ada seseorang dalam hidupmu yang ketika ia pergi, maka ia juga akan membawa sepotong hatimu..."
Entah
kenapa aku merasa dia telah membawa pergi separuh hatiku, dan kini yang
tersisa tinggal separuh lagi yg tentunya sudah tidak utuh.
Selamat jalan,,,selamat tinggal,,,semoga kamu disana bahagia dalam keabadian
Categories
Celotehanku
Langganan:
Postingan (Atom)