Kata syukur seringkali begitu mudahnya diucapkan seseorang ketika mereka mendapatkan nikmat bahagia dari Tuhan. Tapi disisi lain, ketika seseorang dilimpahkan ujian atau cobaan oleh Tuhan, kata syukur itu biasannya berubah menjadi ucapan kekesalan dan bahkan menyalahkan Tuhan.
Hal itu yang sedang aku alami sekarang, aku mulai menyalahkan Tuhan dengan cobaan yang Dia berikan untukku. Aku merasa cobaan ini terlalu berat buat aku lewati. Aku merasa sudah terlalu banyak dan terlalu berat ujian Tuhan buatku, tapi kenapa aku masih diuji dengan ujian Sakit yang mau gak mau, suka gak suka harus aku lewati juga. Gak pernah terfikirkan dan bahkan terbayangkan sebelumnya, diusiaku yang terbilang masih muda ini, aku menderita penyakit dimana penyakit ini menjadi penyakit pembunuh terbanyak pertama yang menyerang manusia di dunia ini. Aku divonis sakit jantung. Vonis itu dengan seketika menghentikan semua mimpi besarku, menutup semua cita-citaku. Penyakit ini masih terdengar asing aku ucapkan sampai pada akhirnya aku harus terbiasa untuk mengeja kata-kata itu setiap saat.
Awalnya aku mengabaikan penyakit yang bersarang dalam tubuhku ini dengan terus beraktifitas seperti biasa. Aku merasa kuat, aku pasti bisa melawan penyakit menakutkan ini dengan tidak memikirkannya. Sampai pada akhirnya aku merasa kalah, aku tak bisa berpura-pura ketika aku selalu merasa kelelahan ketika aku mengerjakan sesuatu, detak jantung yang berdetak sangat cepat membuatku selalu merasa sesak nafas dan cepat merasa capek. Semakin hari aku mulai merasakan kesusahan untuk tidur karena keringat dingin terus keluar meskipun dalam cuaca dingin sekalipun, dan yang lebih menyiksa, aku selalu merasakan mual ketika mencoba memasukkan makanan kedalam mulutku.
Dalam keadaan seperti itu, yang membuatku terus bertahan hanyalah karena dukungan orang tua yang masih terus berdoa dan berusaha untuk kesembuhanku. Mereka tak pernah mengecilkan hatiku, tapi sebaliknya mereka terus mendukungku untuk sembuh. Setiap hari mereka selalu mengajakku untuk pergi kerumah sakit, tapi aku selalu menolak karena aku merasa masih kuat. Sifat keras kepalaku inilah yang membuat ortuku selalu mengalah, sampai pada akhirnya aku semakin merasakan kesakitan. Seluruh badanku bengkak, nafasku semakin sulit, badanku semakin melemah karena tak ada asupan gizi yang masuk. Saat itulah aku mulai memutuskan untuk pergi kerumah sakit, dengan keadaan sudah tak berdaya, tim rumah sakit berusaha untuk bisa menyelamatkanku. Dalam bayangan mata kabur, aku melihat orang tuaku menangis sendu melihatku. Dan dengan pendengaran yang samar dengan sesegukan ibuku membisikkan lafaz Allah berulang kali yang aku ikuti dengan susah payah.
Puji Tuhan, hanyalah ucap syukur yang bisa kulantunkan ketika aku tersadar dari masa kritisku. Ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup. Aku masih teringat dengan dua doaku saat itu, jika memang sampai disini usiaku, aku mohon untuk diberikan tempat terbaik nantinya, tapi jika aku masih diberi kehidupan lagi semoga aku bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Sebelumnya aku tak pernah membayangkan peristiwa ini terjadi pada hidupku, tapi peristiwa ini perlahan telah mengubah pikiranku. Aku berjanji pada diri sendiri untuk bisa berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi, buatku ini adalah mukjizat dari Tuhan karena Tuhan telah mengijinkanku untuk merasakan kehidupan kedua.
Betapa bahagia ketika aku membuka mata dan masih bisa melihat Ibu dan Bapak ada disampingku. Ibu yang datang masih dengan tangisnya, meskipun aku tau itu bukanlah tangis kesedihan lagi melainkan tangis kebahagiaan. Dan Bapakku dengan wajah yang selalu tampak serius tapi aku tau kalo bapak merasakan kepanikan yang luar biasa. Dengan seketika aku mengatakan kata maaf atas semua kesalahanku selama ini dan tak lupa kuucapkan rasa sayang dan cintaku kepada mereka.
Masa-masa kritis yang sudah aku lewati itu ternyata tidak menjadikan awal sebuah cerita yang lebih baik. Sekali lagi Tuhan mengujiku dengan vonis dokter yang mengatakan aku menderita penyakit jantung dan hasil USG jantung yang sudah dilakukan menunjukkan kalo aku sakit "jantung bocor". Pernyataan itu sungguh mengejutkanku...kemudian dokter mengatakan satu-satunya jalan agar bisa normal lagi cuma dengan jalan operasi dan harus secepatnya sebelum bocornya semakin melebar. "Operasi" kata ini tak hanya menggagetkan tapi juga menakutkan, bayanganku seketika itu langsung terbayang tubuhku dibelah kemudian diubrak-abrik, dan aaahhhh.....entahlah. Aku benar-benar takut membayangkan proses operasi yang berlangsung, belum lagi masalah biaya yang berada pada kisaran angka ratusan juta!!! "Apa lagi ini ya Allah..............????" Dokter menambahkan, kalo operasi yang dilakukan itu akan ada kemungkinan yang terjadi nantinya, seperti kemungkinan akan ada operasi lagi ditahun berikutnya untuk mengganti klep jantung.
Aku berusaha menahan air mata yang aku yakin akan segera tumpah ruah membanjiri ruangan jika aku keluarkan. Aku harus kuat, aku harus bisa terlihat kuat didepan ibuku. Seperti kata yang selalu Ibu dengungkan untukku jika Tuhan tidak akan membebankan ujian yang berat jika hambanya tidak sanggup untuk memikulnya, dan juga percaya Tuhan menciptakan penyakit pasti juga menciptakan obatnya. Berada disamping Ibu, aku akan terus kuat dan yakin akan sembuh, meskipun dalam hati terdalam sebenarnya aku selalu diliputi perasaan putus asa. Ada ketakutan besar yang timbul dalam diriku yang membuatku berpasrah dalam keputus asaan.
Aku gak mau menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang sudah Tuhan berikan untukku. Waktu ini,,,kesempatan ini,,,akan selalu ada hikmah besar dibaliknya dan aku yakin itu. Dalam keadaan sakit ini, aku sungguh bersyukur karena Tuhan menempatkanku dilingkungan dimana banyak orang yang sayang sama aku. Terima kasih Tuhan, karena engkau memberikanku nikmat sakit ini agar membuatku lebih bersyukur untuk lebih mendekatkan diri kepada-Mu, dan untuk lebih bisa menghargai untuk setiap nikmat yang Engkau berikan.
"Ya Tuhan aku yakin akan kuasa dan kebesaranmu...Jadikan aku Hamba yang kuat dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang Engkau berikan...Jadikan Hamba menjadi orang yang pandai bersyukur, jangan jadikan Hamba menjadi orang yang selalu mengeluh dalam keputus asaan..."