Selasa, 20 Mei 2014

Sebuah cerita tentang keikhlasan

Diposting oleh fenty indrastuti di 06.32
Kisah ini memang tidak secara langsung aku alami, tapi kisah yang akan aku ceritakan ini benar-benar terjadi dari kisah nyata yang dialami oleh tetangga yang tinggal tepat disamping rumahku. Kisah ini mengajarkanku banyak hal tentang keikhlasan, ketulusan, serta pengorbanan seorang ibu kepada anaknya. Aku lupa kapan tepatnya keluarga ini pindah sebagai warga baru didesaku, yang aku ingat saat ini hanyalah mobil yang bolak-balik mengantar furniture rumah dengan model-model bagus kerumah warga baru itu. Untuk ukuran jaman dimana televisi hitam putih milikku sudah menjadi benda berharga saat itu, aku terkagum-kagum melihat lemari dengan ukiran cantik, televisi ukuran besar, dan juga benda yang belakangan aku tahu bernama “kulkas” (maklum waktu itu didesaku belum ada yang punya kulkas). Keluarga itu terlihat sangat bahagia dan tampak sempurna. Sang ayah bekerja sebagai pegawai di salah satu perusahaan teh dan sang ibu bekerja sebagai supervisor di perusahaan textile yang cukup besar di Jogja ini. Memang kalo dilihat dari jabatan, sang istri memiliki jabatan yang lebih tinggi dari suami dan tentu saja memperoleh penghasilan yang lebih tinggi diatas suaminya. Tapi hal itu tidak menjadikan alasan timbulnya percek-cokan didalam keluarga tersebut. Aku sebagai tetangga yang tinggal berdekatan dengan mereka jarang sekali melihat mereka berada dirumah, mungkin karena kesibukkan dikantor yang membuat mereka jarang berada dirumah dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Waktu itu anak pertama mereka baru berusia 6tahun ketika pindah kedesaku. Dan dia harus diasuh oleh seorang pembantu rumah tangga, karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Singkat cerita, setelah beberapa bulan menempati rumah baru didesaku ini, sang ibu akhirnya melahirkan anak kedua. Ketika sang anak berusia 3 tahun, ibu ini masih sibuk bekerja dan anaknya masih diasuh pembantu rumah tangga. Sampai akhirnya ibu ini menyadari kalo ada sesuatu yang ganjil dengan anak keduanya. Diusianya yang hampir 4 tahun, anaknya belum juga bisa berjalan dan berbicara. Akhirnya, suatu ketika sang ibu ini mengikhlaskan dirinya keluar dari pekerjaannya untuk mengasuh anaknya. Aku tahu kalo keputusan yang diambil itu sangat berat, tapi dengan keyakinan hati dia benar-benar keluar dari perusahaan besar dengan jabatan yang dia sandang. Sekarang setiap hari, aku bisa melihat ibu itu berada dirumah, mengendong anaknya yang semakin besar dan belum juga bisa berjalan. Bahkan aku sering melihat dia memandikan anaknya, menyuapi dan mengajak bermain. Pemandangan ini terlihat mengharukan buat aku, aku melihat begitu besar cinta dan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Keikhlasan untuk sepenuhnya menjadi ibu rumah tangga dengan menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk mengurus rumah tangga dituturkan dia dengan sedikitpun tidak merasakan penyesalan. Bahkan dia mengatakan, dengan dia keluar bekerja, sekarang dia lebih dekat dengan suami dan anaknya. Dia semakin tahu apa yang diinginkan dan dibutuhkan suami serta anaknya meskipun dengan kehidupan sederhana tak seperti dulu. Memang ikhlas itu sulit untuk dijalani, seperti ibu ini yang sepertinya terlihat sulit mengikhlaskan dirinya untuk keluar bekerja dari perusahan besar dan jabatan tinggi yang dia sandang. Dia juga harus ikhlas menerima kenyataan kalo anak keduanya mengalami difable/gangguan mental. Tapi aku yakin akan ada buah manis dari keikhlasan yang dia jalani selama ini. Tulisan ini diikut sertakan dalam GIVE AWAY TENTANG IKHLAS.

0 komentar:

Posting Komentar

 

my life...my story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea