Minggu, 25 Maret 2012

Sungguh Menyedihkan

Diposting oleh fenty indrastuti di 21.47
Ambar: Pen, bsk jgn lupa dateng kewisudaku y?
Eka: Pokoknya bsk hrs dteng, Klo g dteng tega bgt!
Cuma sekilas aja sms yg aku cuplik dr tmnku yg besok pagi bakalan diwisuda dan itu blm diakumulasikan dari jumlah sms dari hari sebelumnya lo. Yah, aku taulah mungkin malem ini mereka lagi pada g bisa tidur menantikan hari esok utk jd wisudawan/wati, jadi mereka lampiaskan dengan menghantui teman2 lain yg sebenernya lg butuh ketenangan. Niat bulat utk menghiraukan sms mereka akhirnya aku jawab dengan jawaban Insya Allah(yg sebenernya 100% hati ini G MAU DATENG!) dan ternyata jawaban ini malah membuat mereka melakukan pemaksaan yang semakin sadis dengan meneror sms terus-menerus. Akhirnya aku mulai melancarkan aksi konfirmasi sama temen lain yg notabene senasib dan akhirnya muncullah kesepakatan utk DATENG :(
Dengan pergolakan batin yang cukup dahsyat (beneran) hari itu tgl 17 maret 2012 aku memberanikan diri melangkahkan kaki ke acara itu (baca: upacara wisuda) dengan KETERPAKSAAN. Kali ini aku harus tampil professional, layaknya artis papan atas meski hati ini menangis tapi bibir harus tetap harus meringis (Aseek)
Singkat cerita, saat paling mengharukan pun tiba. Sekumpulan orang berjubah hitam dengan dandanan terkeren mulai berjalan keluar. Tentu mereka mencari orang yang dikenal berharap mendapatkan seikat bunga atau ucapan selamat. GILAAKKK!! Aku g kuat melihat mereka, aku ingin meraung2 nangis minta toga mereka… TENANG, TENANG.. Aku masih harus stabil, perjalanan masih panjang. Berlanjut, SESI PEMOTRETAN! Mesti pake gaya apa ini? Senyum. Gimana cara senyum?
Alhasil dengan perjuangan yang cukup berat, aku berhasil menengelamkan egoku, untuk bisa merayakan kesedihanku diatas kebahagian mereka. Selamat teman, semoga secepatnya aku segera menyusul langkah kalian.
senyum "keterpaksaan"

tetep aja senyumnya paling lebar kalo liat kamera

0 komentar:

Posting Komentar

 

my life...my story Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea